i
Rate This


Ada yang kenal sama KRL di sebelah ini?
Bagi orang Jabodetabek yang sering naik KRL pasti pernah liat KRL ini
taun 1994. KRL ini adalah KRL BN-Holec, KRL dengan teknologi mesin
paling canggih di Jabodetabek. KRL ini udah pake sistem VVVF-IGBT kayak
KRL-KRL Jepang jaman sekarang. Tapi kenapa itu KRL mangkrak disitu?
Soalnya KRL ini sering banget mogok, karena listrik di jalur Jabodetabek
kurang stabil, saya waktu ke DP bareng anakanak IRG pas naik di Kabin
KRL liat sendiri kalo listrik-nya nggak stabil, soalnya ada meteran
pengukur tegangan listrik di kabin. Nah kalo listrik buat VVVF itu butuh
listrik yang stabil, minimal nggak boleh dibawah 1.500 Volt.
Nah, sekarang mari kita belajar tentang sistem penggerak ato bahasa
gampangnya teknologi mesin yang biasa dipake sama KRL.. Cekidot..
Ada dua macam sumber listrik yang biasa dipake sama KRL, ada sumber
AC (Alternating Current) dan sumber DC (Direct Current), bagi yang
belom tau apa perbedaannya, baca lagi buku Fisikanya yah..

Sumber DC yang umum dipakai biasanya 1500 Volt, sedangkan untuk
kereta super cepat bisa memakai sumber AC hingga 25 kV ato 25.000
volt. Untuk menyalurkan ke kereta yang berjalan digunakan piranti
bernama
pantograf. Tipe pantograf ada yang diamond-shaped atau
single-arm, kedua tipe ini memiliki fungsi sama untuk mengalirkan
listrik dari sumber diatas ke konverter kemudian diteruskan ke motor
sehingga KRL berjalan. Lihat gambar

Pantograf harus bisa kontak secara kontinyu dengan konduktor sumber
tanpa cepat aus disamping pantograf harus aerodinamis karena dipakai di
kecepatan yang relatif tinggi terus-menerus.
GAMBAR PANTOGRAF :

Gambar di atas adalah gambar pantograf Single-Arm. KRL generasi
sekarang biasanya pake pantograf tipe ini.

Nah kalo yang ini namanya pantgraf Diamond Shape. Pantograf model
kayak gini sering kita liat kalo liat KRL Jabodetabek.
Seperti yang di jelasin di atas, supaya KRL bisa jalan litrik yang
dari kabel LAA di terusin dari pantograf ke motor traksi yang ada di
roda KRL.
Pada awal perkembangan KRL, motor dc dominan digunakan karena mudah
pengaturannya. Cara klasik pengaturan KRL motor DC adalah dengan
membatasi tegangan yang masuk ke motor DC dengan menggunakan rheostat
sehingga kecepatan motor DC dapat diatur. Efisiensi yang rendah akibat
rheostat dan berkembangnya teknologi saklar statis (Thyristor)
mengakibatkan cara ini sudah tidak lagi dipakai. Sekarang ini untuk
mengatur tegangan DC pada KRL motor DCdigunakan konverter DC-DC atau
sering disebut C
hopper DC (Gambar 2). Dengan konverter dc-dc
pengaturan tegangan lebih mudah dan efisiensi lebih baik. Penggunaan
konverter DC-DC dimulai pada KRL generasi tahun 1970. Pada motor DC,
komutator, sikat dan cincin belah merupakan sesuatu yang harus ada,
sayangnya banyak kejadian ground fault yang terjadi ketika komutator
kontak dengan sikat pada kecepatan putar yang tinggi. Hal ini termasuk
salah satu yang mendasari penggunaan motor ac pada KRL.

Gambar 2. Sistem penggerak motor DC
KRl di Jabodetabek yang pake sistem DC itu ya semua KRL eks-Jepang
kaya Tokyo Metro 5000, 6000, 7000, dan 05, soalnya kan KRL eks Jepang
yang di kirim kesni semua buatan tau antara 1970-1980-an.. Tuir Gila..

Tapi hebat yang udah pada keren banget
design-nya..

Selain sistem DC, ada juga sistem AC, karena semakin berkembangnya
teknologi saklar statis untuk rangkaian elektronika daya mengakibatkan
KRL generasi selanjutnya lebih memanfaatkan motor AC daripada motor DC.
Untuk menggerakkan motor AC pada KRL ditunjukkan pada Gambar 3. Apabila
sumber yang digunakan berupa sumber DC maka pengaturan kecepatan
menggunakan inverter VVVF (
variable voltage, variable frequency)
untuk mendapatkan tegangan AC tiga fasa yang bisa diubah-ubah tegangan
sekaligus frekuensinya sehingga kecepatan motor AC dapat berubah-ubah
(Gambar 3 atas). Pada kasus sumber yang dipakai adalah sumber AC satu
fasa, diperlukan tambahan penyearah untuk mengubah sumber AC menjadi AC,
kemudian baru diubah lagi menjadi tegangan tiga fasa menggunakan
VVVF(Gambar 3 bawah). Mengapa tampak repot dengan konfigurasi AC-DC-AC
padahal sumbernya AC dan motornya AC juga? Karena pada umumnya sumber AC
yang dipakai merupakan sumber satu fasa sedangkan motor AC yang
digunakan adalah motor tiga fasa, sampai saat ini konversi satu fasa ke
tiga fasa langsung belum bisa.

Gambar 3. Sistem penggerak motor AC
Penggunaan motor AC pun terbagi menjadi dua macam, ada KRL yang
menggunakan mesin AC asinkron dan ada juga yang menggunakan mesin AC
sinkron. Contoh terkenal dari KRL yang menggunakan mesin AC sinkron
adalah TGV di Perancis. Alasan penggunaan motor AC sinkron pada TGV
adalah pada saat generasi TGV pertama rilis, dengan menggunakan mesin AC
sinkron, komutasi dan pemadaman thyristor dapat dilakukan secara
natural. Hal ini akan menghilangkan rangkaian tambahan untuk memadamkan
thyristor (yang harus ada apabila motor yang dipakai adalah motor ac
asinkron). Alasan lain adalah adanya peraturan berat maksimum dari
boogie pada TGV. Teknologi KRL sekarang lebih banyak yang memanfaatkan
mesin ac asinkron sebagai motor traksinya.
Terpusat atau terdistribusi?
Terdapat dua jenis KRL, terpusat (
locomotive-hauled) atau
terdistribusi (
electric multiple unit/EMU). Kereta cepat di
Eropa kebanyakan menganut sistem terpusat dengan hanya 1 gerbong yang
memiliki sistem penggerak, seperti lokomotif pada kereta konvensional.
Keuntungan dari sistem ini adalah biaya produksi yang lebih rendah
karena hanya 1 gerbong saja yang berisi peralatan, disamping itu getaran
dan kebisingan yang lebih rendah bagi para penumpang. Sebaliknya KRL
yang banyak dipakai di Jepang menganut tipe terdistribusi, termasuk
shinkansen (bullet train), sebagai gambaran 1 unit KRL biasanya terdiri
dari 5 gerbong dimana 3 gerbong memilki sistem penggerak dan 2 gerbong
tanpa penggerak. Keuntungan sistem terdistibusi adalah penyebaran berat
yang merata, peluang kegagalan yg lebih rendah karena penggerak yang
tersebar, pengereman regeneratif, dsb. Pemilihan apakah sistem penggerak
terpusat atau terdistribusi murni bebas, bahkan alasan geografis pun
bisa dipakai, seperti sistem KRL di Jepang yang jarak antar stasiun
berdekatan tentu saja sistem terdistribusi akan lebih baik karena
akselerasi dan deselerasi dalam waktu singkat.
Konsumsi daya
Sebagai gambaran, TGV keluaran tahun 2005 menggunakan sistem ac 25 kV
dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 320 km/j, rating daya mencapai
9.6 MW. Shinkansen N700 16 gerbong keluaran 2007 (ac 25 kV) dapat
mencapai kecepatan maksimum hingga 300 km/j dengan rating daya 17 MW (56
buah motor 305 kW). Untuk KRL ringan seperti di jaringan Jabodetabek,
Seri-7000 (10 gerbong) bekas dari Jepang misalnya menggunakan 24 motor
masing-masing 165 kW sehingga total mencapai 3,9 MW pada 1500 V DC.
Sekilas memang KRL mengonsumsi energi yang sangat besar, namun
menurut dengan jumlah daya tampungnya dan waktu tempuhnya, menurut saya
masih lebih hemat daripada energi yang dibakar di kendaraan bermotor di
Jakarta. (Dari berbagai sumber)
Oke sekian dulu tulisan dari saya.. Huhft, capek juga nulisnya..
Ternyata gini capeknya jadi blogger yang nulis artikelnya sendiri.
Mangkanya buat blogger lain yg suka sembarang copas isi blog orang,
hargailah usaha mereka. Copas boleh, asal kasih sumbaer dari mana
tulisannya..
kl tulisan ini sumbernya darimana? kok engga di cantumin sumbernya?
good banget infonya
makasih ya udh ngasih info tentang krl,sekarang saya sudah semakin tau tentang krl
Terima kasih atas infonya..
Sangat membantu saya dalam mempelajari krl
Terima kasih atas infonya..
Sangat membantu saya dalam mempelajari krl
Terima kasih atas infonya..
Sangat membantu saya dalam mempelajari krl
Tegangan 25 kv tinggi juga ya utk krl
Sumber nya penulis ?
berati penggerak roda di bogie pakai dinamo ya gan...